Sabtu, 13 September 2014


Ramadhan-Syawal

Kita urip ana alam donya
Ayo padha seneng derma klawan dedana
Senajan sethithik tapi seng legawa
Ganjarane ana akhir dina
Luwih-luwih nduk wulan Pasa
Ayo nduweni ati seng sabar lan narima
Ayo seng seneng amal ugo ndedonga
Insya Allah ditambah rejeki karo Gusti Allah
Nek wis engko dina riyaya
Anjangsana nang sanak kluwarga
Iku wes dadi tradisi kita tapi aja sampek lali
Sungkem barek wong tuwa

Lelakoning Urip

Urip iku pancen sawang-sinawang. Nek ndeleng wong liya urip kepenak banjur kepingin. Kareben ora gampang meri lan melik duweke liyane, urip kudu linambaran ati sabar. Coba urip sabar, tlaten nandhangi kabeh pakaryan.

Demografi Pacitan

FISIK PACITAN
Kondisi Geografis
Kabupaten Pacitan Terdiri dari daerah pegunungan dan berbukit-bukit, sedangkan selebihnya merupakan dataran rendah. Sekitar 63% dari daerah Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis karena memiliki tingkat kemiringan lebih 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Daerah Tingkat II Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul Yogyakarta dan membujur sampai ke daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus.
Kondisi Topografi
Topografi di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa bentang daratnya bervariasi, dengan kemiringan sebagai berikut;
  1. 0-2 % meliputi 4,3 % dari luas wilayah merupakan daerah tepi pantai.
  2. 2-15 % meliputi 6,60 % dari luas wilayah baik untuk usaha pertanian dengan memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.
  3. 15-40 % meliputi 25,87 % dari luas wilayah, sebaiknya untuk usaha tanaman tahunan.
  4. 40 % ke atas meliputi 63,17 % dari luas wilayah merupakan daerah yang harus difungsikan sebagai kawasan penyangga tanah dan air serta untuk menjaga keseimbangan ekosistem di Pacitan.
Jenis Tanah
Struktur dan jenis tanah di Kab. Pacitan adalah sebagai berikut :
  1. Jenis tanah Aluvial Kelabu endapan liat seluas 3.969 Ha atau 2,80%
  2. Assosiai Litosal dan Mediteran Merah seluas 4.629 Ha atau 34,26%
  3. Litosal Campuran Tuf dan bahan Vulkanik seluas 58.592 atau 22,02%
  4. Kompleks Litosal Kemerahan dan Litosal seluas 31.592 atau 22,02%
Adapun jenis Geologinya adalah sebagai berikut :
  1. Endapan Zaman Tua (Meoson) seluas 91.830 Ha.
  2. Batu Kapur Zaman Tua seluas 36.829 Ha.
  3. Andesit seluas 7.654 Ha.
  4. Aluvium seluas 6.623 Ha.
Dengan ketinggian :
  • 7-25 m di atas permukaan laut : 2.62%
  • 25-100 m di atas permukaan laut : 2.67%
  • 100-500 m di atas permukaan laut : 52.68%
  • 500-1000 m di atas permukaan laut : 36.43%
  • 1000 m lebih di atas permukaan laut : 5.59%


GOA GONG / GONG CAVE

Wes kawistara ing saniskara Hyang Manom mbabar praba ing bumi Bomo Redi Gong kang dadi arane, sumimpen edining manusalaka. Tandha yektining Pangeran Tuhu aweh emut marang kita.
Bomo, Juli 1998.
Goa Gong
Goa Gong terletak 37 km dari Pusat Kota Pacitan, dapat dicapai dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Goa dengan stalagtit dan stalagmitnya yang dinominasikan sebagai goa terindah di Asia Tenggara ini mampu memukau setiap wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Selain keindahan stalagtit dan stalagmitnya Goa Gong memiliki empat sendang yang dinilai magis bagi siapa saja yang mempercayainya.
Gong Cave
Its stalactites and stalagmites are believed to be most beautiful among those know in South Asia. This incredible and amazing cave with 256 meter wide, with 4 springs inside wich each has magic value, can be reached easily by cars.
1. Riwayat Penemuan Goa Gong
Dalam sejarahnya Goa Gong sebenarnya sudah lama dimasuki oleh manusia yaitu nenek moyang kita dahulu, namun seiring perjalanan waktu goa tersebut sepertinya hilang begitu saja dan yang ada hanyalah cerita-cerita lama/dongeng orang-orang tua, namun justru dongeng dan cerita itulah pada akhirnya warga dusun Pule desa Bomo bertekad untuk menemukan kembali goa tersebut. Dan dengan dipimpin Kepala Dusun Pule maka pencarian goa dimulai :
Pertama : memcocokkan cerita-cerita
Kedua : mencari arah dan alur kehidupan, baik kehidupan binatang maupun kea-
daan alam sekelilingnya
Ketiga : memastikan letak
Keempat : mulai memasuki goa
(Dikisahkan oleh Drs. Wakino/ Penemu Goa Gong)
Ketika itu hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995 sekitar pukul 09.00 wib, ayah bersama kami duduk di ruang depan bercerita tentang kejadian yang dialami oleh mbah Noyo Semito (kakek Drs. Wakino) dengan teman-temannya yang bernama mbah Joyo ± 60 tahun silam.
Ketika itu Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan dilanda kemarau pangjang hingga sulit untuk mencari air minum dan untuk keperluan sehari-hari.
Dengan keadaan seperti itu kedua kakek tersebut dengan keberaniannyamencoba memasuki goa yang dianggapnya tidak terlalu jauh dari rumah penduduk ± 400 meter untuk mencari air. Dengan menggunakan alat penerangan tradisional berupa obor (daun kelapa kering yang diikat) hingga menghabiskan 7 ikat, kedua kakek tersebut berhasil menelusuri lorong-lorong goa hingga menemukan beberapa sendang dan mandi di dalamnya.
Walaupun pengalaman itu telah diceritakan pada masyarakat disekitar, namun tak seorangpun yang berani mengikuti jejaknya, karena menurut kepercayaan masyarakat di sana goa itu dianggap masing wingit (angker).
Setelah mendengar cerita ayah tersebut, terketuklah hati kami timbul niatan untuk membuktikan kebenaran yang kakek alami. Keinginan itu ternyata didukung oleh ayah (Bpk. Suramin) dan teman-teman lain yang berjumlah 8 orang. Namun di antara teman-teman itu ada yang pro dan kontra mengenai rencana itu, bahkan ada yang ingin menunda untuk mencari hari baik. Akhirnya niat kami itu disetujui setelah kami menyampaikan bahwa besuk akan segera pulang ke Magetan.
2. Pencarian Lokasi dan Perjalanan di dalam Goa
2. 1. Pencarian Lokasi
Tepatnya hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995, kami berangkat mencari lokasi goa bersama rombongan berjumlah 8 orang, yaitu :
  1. Bapak Suramin 54 tahun, sesepuh.
  2. Wakino 30 tahun, ketua rombongan.
  3. Paino 42 tahun, ketua RT.
  4. Suparni 38 tahun, Kepala Dusun.
  5. Suyadi 39 tahun, warga desa.
  6. Paino 30 tahun, guru SD.
  7. Misno 29 tahun, warga desa.
  8. Suyatno 15 tahun, warga desa.
Pada saat itu kami berangkat lebih dahulu untuk mencarinya karena dalam benak kami masih ingat bahwa mulut goa itu dulunya dekat dengan pohon kluwih, tapi pada saat itu pohon kluwihnya sudah tidak ada. Ternyata betul dugaan kami, bahwa mulut goa itu tidak lama kemudiandapat kami temukan. Sambil menunggu teman yang mencari peralatan, kami dengan dibantu oleh beberapa teman yang lain membersihkan mulut goa yang sudah tertutup oleh batu, tanah, dan tumbuhan liar lainnya. Setelah teman-teman yang berjumlah 8 orang itu berkumpul, dengan membawa 7 buah lampu baterai dan 2 buah lampu petromax dan sebuah kamera poket sepakat untuk memasuki lorong-lorong goa tersebut.
2. 2. Perjalanan di dalam Goa
Dengan peralatan yang sederhana, perasaan was-was, takutdan ngeri dikhawatirkan ada binatang buas, kami beserta rombongan terus berusaha menelusuri lorong-lorong goa.
Liku-liku perjalanan pada waktu itu memang penuh dengan perjuangan yang luar biasa antara hidup dan mati. Sambil terus memanjatkan doa kehadirat Illahi Robbi, tetap melangkahkan kai mencari arah mana yang harus diikuti. Memang pada waktu itu kamilah sebagai pencari jalan dan selalu memberikan motivasi pada rombongan, (“ayo maju terus…slamet-slamet…ojo wedi!”).
Tiba-tiba kami dikejutkan olehgambaran yang menakutkanseolah-olah ada seorang manusia yang berdiri tegak menghadang kehadiran kami, ternyata setelah terkena sinar itu hanyalah sebuah batu besar yang menjulang tinggai yang berfungsi sebagai penyangga goa.
Setelah lorong-lorong goa dapat kami masuki, ternyata setelah kembalinya sampai ruang 3 lagi (anggapan sementara waktu itu) kami bersama rombongan sempat tersesat. Inilah saat yang paling menegangkan, panik, was-was karena peralatannya tinggal menyisakan sedikit. Akhirnya kami mencoba untuk belok kanan ternyata kami menemukan lampu baterai yang sengaja kami tinggal sewaktu brangkat karena bohlamnya putus. Setelah kami bersama meyakini bahwa jalan tersebut benar maka perjalananpun dilanjutkan. Berkat petunjuk Illahi berhasilla kami keluar dari goa.
3. Pemberian Nama Goa
Penamaan goa Gong bertalian erat denag salah satu nama dari perangkat gamelan Jawa. Konon pada saat –saat tertentu, di gunung yang terdapat goa tersebut sering terdengar bunyi-bunyian seperti seperti gamelan Jawa, pertunjukkan reog, terbangan, bahkan sering terdengar orang menangis yang memilukan. Karena itu masyarakat di sekitarnya memberi nama gunung tersebut gunung Gong-Gongan. Maka kami bersama rombongan yang berjumlah 8 orang tadi memberi nama goa itu adalah goa Gong.
Selain itu kalau kita menyasikan keindahan goa tersebut memperlihatkan suatu pertanda bahwa goa itu tiada duanya. Sehingga kami bersama rombongan menyimpulkan goa Gong tersebut merupakan gongya goa.
4. Letak Goa Gong
Goa Gong terletak di pesisir pantai selatan, tepatnya di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 km ke arah barat kota Pacitan. Goa Gong dikelilingi oleh sederetan gunung, diantaranya :
v Sebelah utara aladah gunung Manyar
v Sebelah timur adalah gunung Gede
v Sebelah selatan adalah gunung Karang Pulut
v Sebelah barat adalah gunung Grugah
Sederetan gunung yang mengelilingi goa Gong tersebut sebagian besar ditanami pohon jati, pisang, kelapa, tapi sebaliknya di musim hujan juga ditanami ketela, cabe, padi, mentimun, dan sebagainya, sehingga dari kejauhan nampak kehijauan yang dapat menambah keasrian suasana goa Gong pada pagi hari dan menjelan senja tiba.
5. Keberadaan Goa Gong
5. 1. Goa Gong Sebelum Direnovasi
Goa Gong tidak bisa dielakkan lagi tentang keindahan, keasrian, dan keunikan yang ada di dalamnya. Pengunjung pasti akan merasa heran, kagum dikarenakan seolah-olah kita memasuki dunia baru. Ruang pertama yang sudah penuh dengan ukiran alami itu, seakan-akan pengunjung disambut dengan ucapan selamat datang.
Pintu abadi yang sudah ada, seakan mengajak kita untuk memasuki ruang kedua dengan ukuran yang sangat luas, di sana ada semacam kamar manidi yang terbuat secara alami. Kemudian dari sini kita akan berjalan lagi, sambil melihat ke bawah akan tampak beberapa sendang yang airnya jernih dan bisa melihat taman goa yang kelihatan jauh di ruang ketiga.
Di kiri-kanan tangga alami tampak beberapa lukisan dari batu-batuan yang menggambarkan sutu keinginan Tuhan. Di samping itu banyak terdapat batu berwarna putih yang dapat memberikan gambaran seolah-olah goa ini benar-benar masih perawan, asli, dan belum dijamah oleh manusia. Di sana-sini terdengar tetesan airsehingga menambah keasrian dan kesejukan di dalam goa.
5. 2. Goa Gong Sesudah Direnovasi
Berkat kesigapan Pemerintah Daerah Tingkat II Pacitan yang dipimpin oleh Bapak Bupati Sutjipto dan kerjasama yang baik antara instansi terkait serta masyarakat sekitar, maka pada tanggal 31 Juli 1996 beberapa fasilitas mulai dikerjakan yang ditangani oleh PT. Citra Pule Raya.
Sarana yang dibangun untuk memasuki goa adalah : jalan undak-undakan,dengan pagar pengaman di kiri-kanan, aliran listrik sebagai penerangan, dan AC sebagai pendingin goa.
Syukur Alhamdulillah proyek proses renovasi dan pengembangan Goa Gong selesai tanggal 31 Desember 1996, berlajalan sukses dan lancar. Kemudian Goa Gong siap diapasarkan sebagai komoditi wisata unggulan nasional.
Sumber :
Sutikno, Kebesaran dan Kemegahan Goa Gong di Kota Pacitan, Citra Pule Raya bekerja sama dengan PEMDA DATI II KAB. PACITAN, 1997.
Wakino, Drs. Gua Gong Obyek Wisata Potensial Di Kabupaten Pacitan, Rapi offset, Madiun:1998
Leaflet Pesona Wisata Pacitan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Pacitan.

Pacitan, Kota 1001 Goa, tanah kelahiran Presiden SBY


Judul di atas bukan berarti pak SBY lahir di goa ya.. hehe :) Salah satu saya mempertimbangkan ke Pacitan karena pertama belum pernah kesana yang kedua karena Goa dan pantainya nya, yang denger denger ada salah satu Goa yang dijuluki goa terbaik se asia tenggara, keren kan ..
Dan juga pantainya, banyak yang masih alami ..
Perjalanan ke Pacitan saya mulai dari Jakarta Solo, lewat utara melalui Semarang. Dari Semarang – mampir kuliner bakso Tamansari di Salatiga terus ke Solo – Wonogiri – Pacitan.
Jarak Semarang – Solo biasa ditempuh 2 jam, untuk dari Solo ke Pacitan dengan jarak yang sama butuh waktu lebih dari 2 jam karena jalannya yang berkelok kelok naik turun gunung. Tapi jalannya mulus banget, seperti aspal kelas 1 yang buat ngaspal tol, apa karena kampungnya SBY ya bisa mulus begini. Buat yang suka ngepot ngepot (baca:ngedrift) kayanya cocok nih kesini hehe.
Sampe di Pacitan langsung cari Hotel, berdasarkan review target pertama adalah Hotel Graha Prima, yang katanya deket sama pantai Teleng Ria yang akan menjadi target tujuan saya pertama. Kesan pertama Hotel ini cukup bersih dengan pilihan kamar sekitar 300rban yang biasa, deluxe 350 – 450 rb tergantung viewnya ada juga yang bungalow 500rb dengan view pantai Teleng Ria.
Saya coba melihat ke kamar yang punya view bagus langsung ke pantai dengan harga 450rb – 500rb, ternyata kamarnya bukan disini, untuk yang view nya bagus harus keluar nggak jauh dari lobby hotel, kemudian masih nanjak curam dan masuk ke tempat bungalownya, diantar sama mas mas yang jaga hotelnya.
Sampai di tempat bungalow pemandangannya lurus banget melihat dari sisi samping bibir pantai Teleng Ria, sehingga dari ujung ke ujungnya terlihat dari ketinggian.
Plusnya adalah view tempatnya mantep banget. Kalau buat rame rame oke banget nih, tapi karena waktu itu saya berdua saja, serem juga ya karena akses masuknya agak susah, curam dan gelap, kalau mau kemana mana males ngeluarin mobilnya dan cari makan keluar juga susah, kecuali cuma BBQ an di hotel sih maknyus ..
Akhirnya dengan pertimbangan itu, akhirnya saya cancel saya pindah ke hotel Srikandi, yang katanya ada di pusat kota.
hotel srikandi pacitan
hotel srikandi pacitan
hotel srikandi pacitan 2
hotel srikandi pacitan 2
Pusat kota ? Ketika sampai di Srikandi tapi di seputaran kota kok sepi amat ya, jam 7 sudah pada mulai berkurang aktifitas masyarakat seperti pedagang jualan makan dll.
Hotel Srikandi ini termasuk hotel lama, tapi lumayan bersih dengan rate harga 190rb sampai 350rb. Dan enaknya nggak jauh dari hotel banyak yang jualan makanan jadi nggak kuatir kalau cacing cacing perut mulai menabuh genderang ..
Hanya pada waktu malam harinya kita dikejutkan teman 1 kamar yang tidak diundang, seekor laba laba besar yang muncul dibalik selimut, langsung kita teriak loncat loncat sambil mencari dimana sang binatang bersembunya, ambil senter dari mobil untuk mencari sang laba laba ternyata bersembunyi di bawah kasur, langsung saya cari kayu untuk memukulnya, tapi meleset .. malah berbalik berlari cepat ke arah saya membuat saya kelabakan menghindarinya, reflek saya ambil sandal saya lempar, dan kena. Kasihan si laba laba meninggal karena saya pukul ..
Untunglah setelah itu bisa tidur tenang sampai pagi melihat ketenangan pemandangan di Pacitan  ..






Sebagian orang berpendapat asal nama Kabupaten Pacitan berasal dari kata Pacitan yang berarti camilan, sedap-sedapan, tambul, yaitu makanan kecil yang tidak sampai mengenyangkan. Hal ini disebabkan daerah Pacitan merupakan daerah minus, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya tidak sampai mengenyangkan; tidak cukup (pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) nama tersebut telah muncul dalam babat Momana).
Adapula yang berpendapat bahwa nama Pacitan berasal dari “ Pace ” mengkudu ( bentis : Jaka ) yang memberi kekuatan. Pendapat ini berasal dari legenda yang bersumber pada Perang Mengkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746 – 1755) yakni tatkala Pangeran Mangkubumi dalam peperangannya itu sampai di daerah Pacitan. Dalam suatu pertempuran ia kalah terpaksa melarikan diri ke dalam hutan dengan tubuh lemah lesu. Berkat pertolongan abdinya bernama Setraketipa yang memberikan buah pace masak kemudian menjadikan kekuatan Mangkubumi pulih kembali. Akan tetapi nampaknya nama Pacitan yang menggambarkan kondisi daerah Pacitan

Kota pacitan adalah sebuah kota yang berada di pulau jawa. Pacitan adalah sebuah kota yang berada di karesidenan madiun pada abad ke XV di pacitan telah berkembang agama hindu dan Budha yang berkiblat kepada Kerajaaan Majapahit yang dipimpin oleh ki ageng buwono keling yang bertempat tinggal di Jati Kecamatan Kebonagung (Drs. Ronggosaputro;1980)
1750-1757 : R.T.Notopoero (Raden Ngabehi Tumenggung Notoprojo).
1757- : R.T.Soerjonegoro I
1757-1812 : R.T.Setrowidjojo I (Setroketipo)
1812- : R.T.Setrowidjojo II ((3 bulan) R.M Lantjoer)
1812-1826 : M.T.Djogokarjo I (Jayaniman)
1826- : M.T.Djogonegoro (Mas Sumadiwiryo)
1826-1850 : M.T.Djogokarjo II (Mas Karyodipuro)
1850-1864 : R.T. Djogokarjo III (Mas Purbohadikaryo)
1866-1879 : R.Adipati Martohadinegoro (Raden Mas Cokrodipuro)
1879-1906 : R.T Martohadiwinoto (Mas Ngabehi Martohadiwinata)
1906-1933 : R.Adipati Harjo Tjokronegoro I (R.T. Cokrohadijoyo)
1933-1937 : kosong (pemerintahan sehari-hari oleh Patih Raden Prawirohadiwiryo)
1937-1942 : R.T.Soerjo Hadijokro (bupati terakhir masa pemerintahan Belanda)
1943- : Soekardiman
1944-1945 : MR.Soesanto Tirtoprodjo
1945-1946 : R.Soewondo
1946-1948 : Hoetomo
1948-1950 : Soebekti Poesponoto
1950-1956 : R.Anggris Joedoediprodjo
1956-1960 : R. Soekijoen Sastro Hadisewojo(bupati)
1957-1958 : R.Broto Miseno (Kepala Daerah Swantara II)
1958-1960 : Ali Moertadlo (Kepala Daerah)
1960-1964 : R.Katamsi Pringgodigdo
1964-1969 : Tedjosumarta
1969-1980 : R.Moch Koesnan
1980-1985 : Imam Hanafi
1985-1990 : H.Mochtar Abdul Kadir
1990-1995 : H. Soedjito
1995-2000 : Sutjipto. Hs
2000-2005 : H. Soetrisno
2005- ……. : H. Sujono.
2. 2-15 % meliputi ± 6,60 % dari luas wilayah baik untuk pertanian dan memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.
3. 15-40 % meliputi ± 25,87 dari luas wilayah sebaiknya untuk usaha tanaman tahunan.
4. 40 % keatas meliputi ± 63,17 % dari luas wilayah merupakan daerah yang harus difungsikan sebagai daerah penyangga tanah dan air serta menjaga keseimbangan ekosistem di Kabupaten Pacitan.
- sebelah Selatan : Samudera Indonesia
- sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri ( Jawa Tengah )
- sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo


Sedangkan islam dipacitan dibawa oleh Ki Ageng Petung (Kyai Siti Geseng) bersama Syeh Maulana Magribi dan Kyai Ampok Boyo (Kyai Ageng Posong) dibantu Kyai Menaksopal dari Trenggalek.
Beberapa prasasti juga ditemukan prasasti jawa kuno yang memperkuat asumsi bahwa Ki Ageng Buwono Keling merupakan penguasa di wengker kidul.
PRASASTI JAWA KUNO
JA PURA PURAKSARA ERESTHA
BHUWANA KELING ABHIYANA
JUWANA SIDDHIM SAMAGANAYA
BHIJNA TABHA MINIGVAZAH
RATNA KARA PRAMANANTU
Artinya : dahulu ada seorang pendekar ternama bernama buwono keling yang telah mencapai kesempurnaan, dalam ilmu kebathinan dan kekebalan. Seorang guru diantara orang bijaksana dan beliau inilah yang menjadi perintis dan pemakrarsa daerah sekitarnya.
Negeri buwana Keling terletak di (Jati Kec. Kebonagung) ± 7 km dari ibukota Pacitan sekarang yang disebut daerah wengker kidul atau daerah pesisir selatan.
Dan ketika dalam perang gerilya 1747-1749 (Perang Palihan Nagari (1746-1755) )melawan VOC Belanda, Pangeran Mangkubumi mengalami kekalahan, beliau disertai 12 orang pengikutnya terus mundur keselatan sambil mencari dukungan orang sakti untuk membantu perjuangan. Tanggal 25 Desember 1749 rombongan tersebut lemah lunglai, dan atas bantuan setroketipo beliau diberi sebuah minuman yaitu buah pace yang telah direndam dengan legen buah kelapa, dan seketika itu juga kekuatan Pangeran Mangkubumi pulih kembali. Daerah itu diingat dengan pace sapengetan dan dalam pembicaraan keseharian sering disingkat dengan pace-tan lalu menjadilah sebuah nama kabupaten Pacitan (Drs. Ronggosaputro;1980)
Setelah Pangeran Mangkubumi menjadi Hamenku Buwono I beliau memenuhi janjinya kepada para pengikutnya yang ketika itu ikut bergerilya. Setroketipo diangkat menjadi Bupati Pacitan ke-2 setelah sebelumnya dijabat oleh Raden Ngabehi Tumenggung Notoprojo . Raden Ngabehi Tumenggung Notoprojo sebelumnya diangkat juga oleh Pangeran Mangkubumi pada tanggal 17 Januari 1750 setelah beliau banyak membantu Pangeran Mangkubumi ketika bergerilya didaerah pacitan. Ketika itu Ngabehi Suromarto menjabat demang Nanggungan dan ketika diangkat bupati bergelar Raden Ngabehi Tumenggung Notoprojo.
Nama-nama orang yang pernah menjabat Bupati Pacitan :
1745-1750 : R.T.Notopoero (Raden Ngabehi Tumenggung Notoprojo).
Letak geografis..
Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pintu gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur selatan yang membujur dari gunung kidul ke Kabupaten Trenggalek menghadap ke Samudera Indonesia.
Kabupaten Pacitan mempunyai luas wilayah 1.389,87 Km2 atau 138.987,16 Ha yang kondisi alamnya sebagian besar terdiri dari bukit-bukit yang mengelilingi kabupaten. Sedangkan wilayah kota Pacitan yang merupakan inti atau pusat pemerintahan berupa dataran rendah. Selebihnya berupa daerah pantai yang memanjang dari sebelah barat sampai timur di bagian selatan.
Pacitan adalah kecamatan yang menjadi ibukota Kabupaten Pacitan, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Pacitan adalah denyut nadi pemerintahan dan perekonomian kabupaten pacitan secara keseluruhan. Lansekap kota Pacitan terletak di lembah, di tepi Teluk Pacitan dan dialiri sungai Grindulu yang membentang dari wilayah selatan menuju pantai Teleng Ria.
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian Selatan barat daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara 1100 55′ – 1110 25′ Bujur timur dan 70 55′ – 80 17′ Lintang Selatan.
Dari aspek topografi menunjukkan bentang daratannya bervariasi dengan kemiringan sebagai berikut:
1. 0-2 % meliputi ± 4,36 dari luas wilayah merupakan tepi pantai.
Batas-batas Administrasi :
- sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek
Bila ditinjau dari struktur dan jenis tanah terdiri dari Assosiasi Litosol Mediteran Merah, Aluvial kelabu endapan liat, Litosol campuran Tuf dengan Vulkan serta komplek Litosol Kemerahan yang ternyata di dalamnya banyak mengandung potensi bahan galian mineral. Pacitan disamping merupakan daerah pegunungan yang terletak pada ujung timur Pegunungan Seribu, juga berada pada bagian selatan Pulau Jawa dengan rentangan sekitar 80 km dan lebar 25 km. Tanah Pegunungan Seribu memiliki ciri khas yang tanahnya didominasi oleh endapan gamping bercampur koral dari kala Milosen (dimulai sekitar 21.000.000 – 10.000.000 tahun silam). Endapan itu kemudian mengalami pengangkatan pada kala Holosen, yaitu lapisan geologi yang paling muda dan paling singkat (sekitar 500.000 tahun silam – sekarang). Gejala-gejala kehidupan manusia muncul di permukaan bumi pada kala Plestosen, yaitu sekitar 1.000.000 tahun Sebelum Masehi.
Endapan-endapan itu kemudian tererosi oleh sungai maupun perembesan – perembesan air hingga membentuk suatu pemandangan KARST yang meliputi ribuan bukit kecil. Ciri-ciri pegunungan karst ialah berupa bukit-bukit berbentuk kerucut atau setengah bulatan.
Bersamaan dengan kala geologis tersebut, yakni pada zaman kwarter awal telah muncul di muka bumi ini jenis manusia pertama : Homo Sapiens, yang karena kelebihannya dalam menggunakan otak atau akal, secara berangsur-angsur kemudian menguasai alam sebagaimana tampak dari tahap-tahap perkembangan sosial dan kebudayaan yaitu dari hidup mengembara (nomaden) sebagai pengumpul makanan, menjadi setengah pengembara/menetap dengan kehidupan berburu, kemudian menetap dengan kehidupan penghasil makanan. Adapun tingkat kebudayaannya yaitu dari zaman batu tua (Palaeolithicum), zaman batu madia (Messolithicum), dan zaman batu muda (Neolithicum).
Obyek Pariwisata Kota Pacitan
Gua Gong
Goa Gong. Merupakan Goa yang mendapat predikat Goa terindah se – Asia Tenggara. Terletak di desa Bomo, Kecamatan Punung ini menawarkan sejuta pesona keindahan stalaktit dan stalakmitnya. Kalau mau melihat salah satu lokasi keajaiban bawah tanah, selayaknya kita melawat ke daerah Pacitan. Sebab di antara bukit-bukit gersangnya, ternyata tersimpan gua-gua eksotisme bawah tanah batuan gamping. Yang hanya akan meninggalkan jejak keindahan bagi mata yang pernah memandangnya. Deretan bukit batuan gamping menghiasi sepanjang kiri-kanan jalan. Jalan yang berkelok indah di sisi pinggir bukit membuat lintasan paralel menyusur di antara kehijauan pohon jati. Angin segar menerpa, di atas aspal baru. Mengantarkan kaki menuju parkiran wisata gua Gong, di Kabupaten Punung, Pacitan Jawa Timur.
Di sepanjang perjalanan menuju mulut gua, deretan kios pedagang makanan masih tertutup rapat. Mungkin karena saya datang bukan saat akhir minggu, jadi deretan kios ini terlihat menutup diri saja. Lagipula, memang tak banyak pengunjung yang datang saat itu. Hanya terlihat sekelompok pria dewasa, yang sepertinya hanya ingin melewati rasa penasarannya saja untuk melihat isi perut bumi di daerah desa Bomo ini.
Memasuki lorong pertama di gua ini, sudah terasa keindahan mulai memijar. Deretan straw (ornamen berbentuk seperti sedotan) berebut memenuhi langit-langit gua. Sebuah ungkapan selamat datang yang mahaindah bagi yang mengerti. Karena deretan straw tersebut bisa berarti sinyal pemberitahuan, mengenai lebatnya ornamen lain di dalamnya.
Benar saja, setelah melewati lorong straw, langsung mata ini disergap oleh puluhan bahkan ratusan ornamen gua yang berbeda tiap bentuknya. Teramat banyak saya kira, lebih banyak dari sekumpulan ornamen gua yang pernah saya lihat di gua-gua lainnya di tanah Jawa ini. Semua penuh memadati lorong menurun gua, menghiasi tiap meter sisi tangga. Menjadi hiasan yang tak terukur nilainya, karena tiap ornamen bisa jadi berumur ratusan tahun lamanya.
Saking banyaknya ornamen yang ada di dalam gua tersebut, sampai sulit rasanya menyebutkan satu per satu di sini. Yang paling saya ingat mungkin sekumpulan gourdyn raksasa, yang dipenuhi bintik mutiara di dalamnya. Titik-titik kecil tersebut seperti ribuan kunang-kunang saja layaknya. Suasana gua yang temaram makin menambah eksotis ribuan titik mutiara itu. Memenuhi tiap jengkal mata memandang, dan bila memejamkan mata, rasanya masih tertinggal ribuan titik mutiara tersebut memenuhi benak kepala.
Perjalanan masih terus memasuki lorong-lorong. Menembus di antara stalagmit dan stalagtit. Membentuk tiang-tiang tinggi penyangga lorong, mengukuhkan keberadaan mereka di sana. Diselang-selingi dengan tirai tipis batuan, menimbulkan kekaguman saat mencoba mengetuknya. Terdengar suara berdengung, yang menggema di seantero lorong. Rupanya inilah sebab mengapa gua ini disebut Gong. Karena tiap kita memukul bagian ornamen di dalamnya, akan terdengar suara berdegung, mirip suara yang dihasilkan gong gamelan kesenian khas Jawa.
Hingga akhirnya saya keluar dari lorong-lorong berhawa panas tersebut, masih terasa sentuhan pada mata dan kuping ini. Menembus liang pemikiran dan berbayang terus, bahkan sampai es degan (kelapa) melewati kerongkongan. Baru tersadar bahwa keindahan gua tersebut benar-benar sebuah anugerah dari kuasa, yang diberikan untuk mempercantik kawasan keras gamping tersebut.
Nah itu Sejarah Dari kota kelahiran ku, Pacitan

pantai pacitan


Tempat - Tempat Wisata Pacitan

Di Pacitan nggak cuma terkenal dengan kota seribu Goa, di kota kecil itu banyak juga terdapat tempat - tempat wisata dan pantai - pantai yang tak kalah indahnya dengan pantai di bali,
na ini dia tempat- tempat tersebut dari Pacitan ujung Barat sampai Paciotan ujugn timur :

Pantai Klayar,
Klayar adalah pantai eksotik dengan hamparan pasir putih, batu karang mirip Sphinx, karang bolong, seruling laut dan air mancur alami hingga setinggi 10 meter yang menjadikannya pantai dengan pesona alam yang begitu indah, 



Pantai Watu karung
Pantai Watu Karung adalah nirwana. Pesona keindahan pantainya sangat luar biasa dengan pulau-pulau karang, air laut biru kehijauan, pantai bersih dengan pasir putih yang lembut, serta 2 surf spots yang menawarkan barrel serta ombak kelas dunia.



Pantai Srau
Pantai Srau di Pacitan (Jawa Timur, Indonesia) menawarkan 3 surf spots bagi intermediate surfer, pemandangan pantai dengan hamparan pasir putih yang alami dan jauh dari keramaian, snorkeling di air laut yang jernih serta memancing dari atas bukit karang.





Pantai Teleng Ria
Teleng Ria adalah pantai terdekat dari pusat kota Pacitan dan kini menjadi sebuah resort yang menarik untuk dikunjungi. Pantai ini cocok untuk belajar surfing, berenang, dan bermain bersama keluarga. Pantai ini juga yang paling tekenal di pacitan, daratan pasir yang luar dan berada dekat dengan pusat kota,menjadi salah satu incaran untuk berlibur kesana,